TUHAN YANG MEMANGGIL KAMU ADALAH SETIA REFLEKSI TEOLOGIS 1 KORINTUS 1:9

Mangentang, Matheus (2021) TUHAN YANG MEMANGGIL KAMU ADALAH SETIA REFLEKSI TEOLOGIS 1 KORINTUS 1:9. In: Kesetiaan Yang memahat hati. Matheus Mangentang, 1 . BPK Gunung Mulia, Jakarta, pp. 1-19. ISBN 9785022319870 (In Press)

[img] Text
Matheus Mangentang.pdf

Download (325kB)

Abstract

Sejatinya setiap orang (manusia) adalah makhluk yang memiliki sifat setia. Oleh karena setiap manusia diciptakan segambar dan serupa dengan Allah yang adalah setia. Namun fakta lain menunjukkan bahwa manusia yang seharusnya berpotensi untuk setia memilih untuk “tidak setia” kepada Pencipta-Nya dan jatuh ke dalam dosa. Kondisi itu semakin parah pascaberdosa, karena manusia menjadi jahat. Itulah sebabnya, Allah yang setia itu berinisiatif untuk mengadakan perjanjian dengan manusia berdosa guna mengajak manusia untuk kembali berkomitmen setia kepada-Nya. Ada pun perjanjian yang intinya menekankan kesetiaan mencapai puncaknya dalam Yesus Kristus. Hidup Kristus yang adalah inkarnasi Allah memiliki berbagai keutamaan yang menjadi atributnya sebagai Maha Kuasa. Mengimitasi keutamaan ini memerlukan pengetahuan yang benar tentang sifat-sifat Allah. Pengetahuan ini akan membentuk sikap hidup sehari-hari sebagai orang percaya. Melalui pengenalan akan atribut Allah melalui Anak-Nya itulah, setiap orang percaya perlahan-lahan (secara progresif) membangun kesetiaan kepada Tuhan dan juruselamatnya. Kesetiaan adalah suatu sikap atau perilaku seseorang terhadap apa yang ia percayai. Tuntutan kesetiaan atau loyalitas seseorang dalam dunia kerja serta pelayanan sangat menentukan. Demikian juga dalam segala lini kehidupan manusia pasti menuntut kesetiaan. Pada akhirnya kesetiaan itu sendiri akan berada di posisi mana dalam kehidupan kita. Apakah di dalam kita, di samping kita, di luar kita atau tidak ada lagi kesetiaan. Semuanya telah sirna seiring berjalannya waktu. Hidup yang kita jalani seakan menggambarkan kesetiaan manusia yang sangat mendambakan pribadi yang loyal dalam segala hal. Itulah sebab penulis kitab Amsal menuliskan bahwa, Banyak orang menyebut diri baik hati, tetapi orang yang setia, siapakah menemukannya (Ams. 20:6). Itu artinya bahwa kesetiaan tidak dapat dibuktikan hanya dengan kebaikan yang sementara, karena pada akhirnya karakter pura-pura tersebut akan terbongkar kepalsuannya. Lalu bagaimanakah dengan model pelayanan para hamba Tuhan selama ini? Apakah kita mencari perkenanan manusia atau perkenanan Tuhan? Siapakah yang kita layani selama ini? Apakah kita melayani Tuhan dengan setia atau hanya melayani gereja atau oraganisasi? Jika bercermin pada perjalanan misi SETIA selama ini, maka adalah sangat adil jika saya dan hamba Tuhan SETIA mengatakan Tuhan itu setia. Kesetiaan Tuhan sudah terbukti memelihara dan memimpin para hamba Tuhan SETIA di tempat pelayanan masing-masing, demikian dengan Lembaga SETIA Jakarta. Meskipun didera banyak persoalan, namun nyata kesetiaan Tuhan yang tetap menopang SETIA Jakarta. Ungkapan “setia” atau “kesetiaan” diterjemahkan dari ungkapan “emunah” dalam bahasa Ibrani dan “pistos” dalam bahasa Yunani. Ungkapan yang pertama, secara hurufiah berarti kokoh, dan dalam arti khiasan berarti aman, loyal, atau setia dan faithfull (penuh iman). Sementara ungkapan “pistos” biasanya diterjemahkan dengan layak dipercaya atau trustworthy. Itulah sebabnya, orang yang bisa setia dan teguh apabila tidak memiliki iman. Bahkan dalam Alkitab dituliskan bahwa Tuhan sendiri mendeskripsikan Diri-Nya sebagai pribadi yang kuat dan tidak pernah berubah.

Item Type: Book Section
Subjects: B Philosophy. Psychology. Religion > BV Practical Theology > BV1460 Religious Education
Divisions: Book Chapter
Depositing User: LPMI STT SETIA Jakarta
Date Deposited: 06 Jan 2022 04:29
Last Modified: 06 Jan 2022 04:29
URI: http://repo.sttsetia.ac.id/id/eprint/359

Actions (login required)

View Item View Item