Kasih sebagai Karakter dan Motivasi Misi Gereja Berdasar Yohanes 15:16

Salurante, Tony Kasih sebagai Karakter dan Motivasi Misi Gereja Berdasar Yohanes 15:16. [["eprint_typename_orasi_ilmiah" not defined]] (Unpublished)

[img] Other (Orasi Ilmiah)
Kasih sebagai Karakter dan Motivasi Misi Gereja.docx - Presentation
Restricted to Registered users only until 1 January 2030.

Download (63kB) | Request a copy

Abstract

Menjadi orang percaya sekaligus mendapatkan gelar dalam bidang teologi merupakan perubahan yang bisa terjadi kepada siapa saja dan kapan saja. Perubahan eksternal kita bukanlah tujuan utama Allah memanggil kita sebagai orang percaya. Allah sangat fokus kepada transformasi kehidupan dari dalam, mengerjakan keselamatannya dalam pengetahuan yang benar dan berbuah bagi-Nya. Namun hal tersebut bukan sebuah proses instan yang dapat terjadi dengan begitu saja. Yesus berbicara tentang perintah kasih yang harus diteladani para murid-Nya, ia berkata: “tinggalah di dalam kasih-Ku itu” (ay.9) dan Yesus menyebutkan syaratnya dengan berkata: “Jikalau kamu menuruti perintah-Ku, kamu akan tinggal di dalam kasih-Ku.” Namun di ayat 16 Yesus berkata: “bukan kamu yang memilih Aku tetapi Akulah yang memilih kamu.” Banyak pandangan dari para sarjana Perjanjian Baru yang menyatakan bahwa perintah ini terbatas bagi para murid saja. Atau yang diselamatkan adalah orang-orang yang berada di sekitar gereja. Sebagaimana Meier mengkritik dengan mengatakan: “Terlepas dari perintah untuk mengasihi sesama, mengikuti apa yang Yesus ajarkan maka Injil Yohanes tidak memiliki nilai moral. Dengan sia-sia kita mencari padanan ajaran Yesus tentang perceraian, Janji dan sumpah, sedekah, doa, puasa, atau banyak arahan moral spesifik lainnya yang bertebaran kitab Injil lainnya. Semuanya bermuara pada meniru kasih Yesus kepada murid-muridnya; tindakan konkret dan spesifik apa yang harus mengalir dari kasih ini sebagian besar tidak terucapkan. Meier sebagai seorang professor PB di Jerman melihat perintah kasih sebatas dalam kacamata yang sempit dalam konteksnya. Di satu sisi konsep dan pandangan Meier ini menunjukkan sikap antroposentris dan autonomi. Artinya selain ia percaya manusia memiliki kemampuan memahami yang seharusnya dilakukan, Meier ingin mengatakan bahwa manusia adalah mahkluk yang bisa berjalan tanpa harus meniru oranglain. Ini adalah masalah serius yang bisa terjadi diantara kita. Tujuan dari tulisan ini menganalisa sifat imperative (perintah) dalam ayat 16 dalam terang etika yang memiliki nilai misional yang selalu dibutuhkan disetiap zaman dan konteks. Bersamaan dengan itu artikel ini akan memeriksa perkembangan dari retorika naratif untuk menunjukkan universalitas dan normativitas perintah kasih dalam Injil Yohanes. Perintah Yesus untuk pergi dan berbuah tidak bisa serta merta disamakan dengan perintah Yesus dalam Amanat Agung. Konsep misi dalam kitab Yohanes memiliki keunikan tersendiri dengan tujuannya. Saat ini saya hendak menyajikan perspektif etis sebelum tiba dari pesan misional yang secara eksplisit terlihat dari pembacaan kita. Tujuan perenungan ini akan meneliti bagaimana perintah (bentuk imperative) tersebut bernilai etis dalam terang kasih. Untuk mencapai tujuan ini maka pertama saya akan membahas Substansi Kasih dalam Teologi Injil Yohanes untuk menyangkal bahwa visi kasih Yohanes bersifat sektarian dan eksklusif atau tidak memiliki implikasi universal. Disatu sisi kita memahami bahwa etika Kristen memang Kristosentris, tapi ini tidak bisa disepelekan penekanan trinitasnya. Yesus menyatakan bahwa siapa pun yang melihatnya telah melihat Bapa (Yoh. 14: 9), dan kita perlu memahami bahwa Kristus adalah perantara antara Tuhan dan manusia (1 Tim. 2: 5). Tulisan ini akan juga memberikan penjelasan konteks dekat dalam perikop yang kita baca dengan asumsi bahwa teks Injil Keempat mencapai bentuk akhirnya pada suatu titik waktu karena berbagai alasan. Dengan melihat dengan seksama konteks yang membingkai perikop yang kita baca akan memberikan pemahaman kepada kita tentang makna misi dalam Yohanes yang berbeda dengan apa yang dipahami dari Injil yang lain. Sebelum kita mulai, penting juga untuk dicatat bahwa banyak sekali tulisan tentang peran kasih dalam literatur Yohanes.

Item Type: ["eprint_typename_orasi_ilmiah" not defined]
Subjects: B Philosophy. Psychology. Religion > BJ Ethics
B Philosophy. Psychology. Religion > BR Christianity
Divisions: Sekolah Tinggi Teologi Injil Arastamar > Prodi Teologi
Depositing User: LPMI STT SETIA Jakarta
Date Deposited: 21 Jan 2021 11:57
Last Modified: 21 Jan 2021 11:57
URI: http://repo.sttsetia.ac.id/id/eprint/174

Actions (login required)

View Item View Item